Kamis, 31 Juli 2008

Dibutuhkan Koalisi Stronger Than the Other

Jakarta, Media Centre – Seorang pemimpin bangsa harus tegas, berani dan bijaksana. Hal tersebut diperlukan agar dapat membangun pemerintahan yang kuat dan tidak ragu dalam mengambil keputusan. Menurut Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), H. Wiranto, SH, sampai saat ini pemerintahan masih didominasi elite politik yang orientasinya masih pragmatis, yakni mencari, memperkuat, dan mempertahankan kekuasaan. Hal tersebut disampaikan Wiranto kepada Koran Sindo dan Media Centre Hanura di kediamannya, Minggu (26/7).

Wiranto mengungkapkan motivasi dirinya mendirikan Partai Hanura diawali setelah melihat keadaan negara Indonesia di mana Reformasi 10 tahun lalu belum mengalami perubahan signifikan. Pada saat itu dijanjikan adanya suatu peningkatan partisipasi politik dan kesejahteraan masyarakat, tetapi kenyataannya keadaan tidak berubah. “Saya mempunyai obsesi melakukan perubahan sesuai yang pernah dijanjikan pada awal Reformasi,” kata Wiranto. Wiranto menambahkan bahwa reformasi sudah salah arah dan tidak masuk koridor yang lebih baik. Diharapkan adanya perubahan yang lebih baik setelah Orde Baru dan ternyata tidak terwujud. Harapan awal, reformasi dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat, yaitu rakyat diikutsertakan dalam membangun negeri ini untuk mendapat hasil yang baik. Tetapi nyatanya partisipasi yang terjadi hanya secara prosedural, esensialnya dalam praktik masih semu. “Masih didominasi elite politik yang orientasinya masih pragmatis, yaitu mencari, memperkuat, dan mempertahankan kekuasaan,” tambah Wiranto. Disebutkan, selama ini belum ada partai politik yang dapat menjadi saluran politik untuk mewujudkan tujuan reformasi. Menurut Wiranto, kalau sudah ada pasti pada saat ini reformasi sudah dapat dinikmati. Sasaran yang pernah dimimpikan pada awal reformasi sudah dapat tercapai. Kenyataannya setelah 10 tahun berselang partai politik lama yang pernah mengikuti Pemilu 1999 ternyata belum mampu mengadakan perubahan seperti yang pernah dijanjikan di awal reformasi.Berkaitan dengan hal tersebut, Partai Hanura didirikan dengan orientasi yang berbeda dengan partai lainnya.
Menurut Wiranto, Partai Hanura lahir sebagai satu bagian dari pembetulan atau paradigma baru dalam berpolitik. “Saya melihat sasaran partai politik sebelumnya merebut kekuasaan atau otoritas. Namun setelah itu tercapai, kelihatannya para pemegang kekuasaan kehilangan arah untuk melanjutkannya pada tujuan yang sebenarnya, yaitu menyejahterakan masyarakat,” kata Wiranto.Partai Hanura mencoba membangun kembali paradigma politik. Membuat parpol iya, membangun parpol iya, merebut kekuasaan iya, tapi itu hanya instrumen, hanya sasaran antara untuk kemudian melakukan tugas pokok menyejahterakan rakyat. “Saya ingin membangun partai politik yang dalam berpikir, bersikap, dan bertindak mengedepankan hati nurani karena saya berharap suatu saat Hanura jadi gudang pemimpin atau sekolah pembibitan. Dari awal harus dilatih menggunakan hati nurani, menggunakan pembenaran dalam hatinya yang harus digunakan untuk membela rakyat,” tambah Wiranto. Hingga pada saatnya nanti para pemimpin dari Hanura diharapkan terbiasa menggunakan hati nurani untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat. Berkaitan dengan perkembangan Partai Hanura sebagai partai baru yang sudah masuk tujuh besar, sesuai hasil survei Indo Barometer awal Juli 2008, hal itu merupakan buah kerja keras dari semua elemen partai. Selain itu, juga merupakan hasil aplikasi prosedur yang dikembangkan dalam partai dan sangat luar biasa. “Kita bersyukur dalam waktu 1,5 tahun partai baru Hanura sejajar dalam kelompok partai lama dan besar. Namun, di balik itu kami merasa hal itu menjadi momentum yang baik dan awal yang baik. Semoga momentum tersebut bermanfaat untuk mencapai tujuan, yaitu hasil yang baik dalam Pemilu 2009. Hasil ini juga saya gunakan sebagai modal untuk menggerakkan instrumen partai menuju Pemilu 2009,” kata Wiranto. Pada Pemilu 2004 sebanyak 26 juta rakyat Indonesia memilih Wiranto sebagai calon presiden. Diharapkan calon pemilih tersebut masih mengikuti gerakan Wiranto dalam partai baru, Partai Hanura. “Itu bisa terlihat, sebab rata-rata kader-kader kami di daerah benar-benar para pemilih fanatik. Mereka memilih saya sebagai figur karena percaya bisa menangkap, memperjuangkan, dan akhirnya mencapai sasaran yang mereka inginkan,” tambah Wiranto. Perkembangan Partai Hanura yang luar biasa disebabkan karena konstituennya mencakup berbagai elemen masyarakat. Menurut Wiranto, konstituen Partai Hanura berasal dari seluruh elemen masyarakat di mana hati dan batinnya tercederai oleh janji politik masa lalu yang tidak ditepati. Orang yang kecewa, mereka saat ini menaruh kepercayaan terhadap Hanura yang mencoba mengedepankan hati nurani. “Mereka merasa percaya ada keikhlasan dari Hanura untuk mengisi ruang batin yang kosong ini,” kata Wiranto. Wiranto didorong oleh seluruh kader partai dari 33 provinsi untuk segera mencalonkan diri sebagai calon presiden dalam Pilpres 2009. “Jadi kandidat presiden itu gampang, tinggal deklarasi dan cari hotel berbintang, dia sudah jadi. Namun yang perlu dipertanyakan, apakah bisa jadi presiden yang mampu menyelesaikan masalah bangsa ini? Kalau ke depan tidak punya kemampuan, kemauan maupun kredibilitas serta track record yang baik, kita akan mengulangi lagi pemerintahan yang tidak cukup kuat keinginannya untuk menyelesaikan masalah bangsa,” kata Wiranto. Pada saat ini masalah bangsa sangat berat dan cukup kompleks. Oleh karena itu, Wiranto belum mendeklarasikan diri sebagai capres. Menurut Wiranto, dirinya ingin membesarkan partai Hanura dan menjadi basis kekuatan politik dari pemimpin untuk membangun pemerintahan yang kuat. Sebab pemerintahan yang kuat hanya akan dapat dibangun oleh kekuatan partai politik. Kalau pemimpin yang muncul karena kekuatan kriteria lain, hal ini akan sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, menurut Wiranto, dirinya akan memilih dan mempertimbangkan kapan saat yang tepat untuk mengumumkan kesediaan dirinya sebagai capres dari Hanura.
Mengenai koalisi dengan partai politik lain, hal itu menurut Wiranto merupakan suatu hal yang wajar. Partai Hanura membangun komunikasi politik dengan banyak partai politik. Wiranto memahami bahwa sebuah partai politik tidak mungkin akan dapat berdiri sendiri. “Untuk perjuangan menyelesaikan masalah kebangsaan ini dibutuhkan satu koalisi stronger than the other, yang lebih besar dan kuat dari yang lain. Hal itu penting agar mampu melakukan konsolidasi politik dan membangun pemerintahan yang kuat,” kata Wiranto. Dari 27 partai baru, sembilan yang sudah final bergabung dengan Hanura. Wiranto menambahkan bahwa Partai Hanura akan terus melakukan komunikasi politik dengan partai mana pun, tentu yang senapas dan benar-benar menginginkan perubahan di negeri ini.Menurut Wiranto, bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki beberapa kriteria. Pertama, pemimpin yang kuat agar dapat membangun pemerintahan yang kuat. Harus ada back up partai politik yang kuat, tanpa itu omong kosong karena secara konstitusional partai politik merupakan salah satu unsur utama dari pemerintahan yang kuat. Kebijakan yang dilakukannya kuat, tidak mudah dipatahkan parlemen. Kalau dukungan partai politik lemah maka akan menghadapi gelombang penolakan dari kekuatan legislatif yang tidak dikuasai. Kedua, pemimpin yang tegas, dibutuhkan kapasitas pribadi seseorang yang mempunyai talenta, mempunyai bakat tegas, berani, dan tidak peragu dalam mengambil keputusan. Menurut Wiranto, pemimpin harus tahu masalah dan solusinya, tetapi yang terpenting dia mampu untuk menjadi eksekutor di saat yang tepat dan orang yang tahu masalah tentu butuh pengalaman.* (FA, AJ)

Tidak ada komentar: