Selasa, 12 Agustus 2008

H.M. Rozak Ibrahim Tinggalkan PKS Karena Hati Nurani

Prabumulih, LMA Center - Dalam perjalanananya berpolitik H.M. Rozak Ibrahim sudah cukup dikenal masyarakat Kota Prabumulih, hal ini juga dikarenakan Pak Haji Rozak sapaan akrap Penasehat Partai Hati Nurani Rakyat yang baru dikukuhkan Oleh Ahyar Ketua DPC Partai Hanura Kota Prabumulih , Minggu (10/6/ 2008). H.M. Rozak Ibrahim. D yang sebelumnya adalah Dewan Penasehat Partai Keadilan Sejahtera untuk Wilayah Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Hati Nurani Rakyat PAC Prabumulih Barat yang baru dibentu beberapa bulan yang lalu, menurut Ahyar hengkangnya Pak Haji Rozak Ke HANURA bukan karena ketidak keberhasilan Pak Haji dalam mengemban tugas yang diberikan Partai Keadilan Sejahtera tapi karena keinginannya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat mungkin dapat ditempuhnya melalui Partai HANURA.

Pak Haji Rozak mengatakan keputusannya masuk Partai Hanura karena sudah menjadi pilihan hati nuraninya. "Kalau hati nurani sudah bicara, tidak ada yang bisa menahan," lanjut Caleg Nomor 1 dari Dapil Prabumulih Barat dan RKT ini.
H.M. Rozak Ibrahim dengan optimis mengatakan, Hanura PAC Barat menargetkan 2 Kursi di Legeslatif nanti untuk Dapil Prabumulih Barat dan RKT, beliau juga optimis kalau Hanura Kota Prabumulih dapat menempatkan 3 orang kadernya digedung DPR jalan Jendral Sudirman nanti untuk mengemban keinginan hati nurani masyarakat. "Jujur saja, selama ini, kader melihat figur pemimpin partai," ujarnya singkat dan mengatakan masyarakat Prabumulih akan memilih pigur yang dicalonkan oleh Partai tersebut bukan Partainya. * (Dbr)

Wiranto Ajak Kader Hanura Tak Menebar Janji-Janji Kosong


Jakarta, Media Centre - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat mengajak kader Hanura untuk harus lebih banyak bertindak untuk menyelesaikan masalah bangsa ketimbang hanya mengobral janji. Bahkan mantan Menhankam/Pangab ini mengancam akan membubarkan Hanura jika partainya hanya menebar janji-janji kosong kepada masyarakat. "Hanura telah masuk ke ruang batin masyarakat yang masih tersisa karena sempat kecewa dengan janji-janji kosong partai politik yang dulu. Karena itu jika Hanura nantinya hanya menebar janji-janji serupa lebih baik saya bubarkan," kata Wiranto saat berkunjung ke Gorontalo, Sabtu (9/8). Saat bertatap muka dengan ratusan kadernya seusai pelantikan pengurus Pemuda Hanura dan Perempuan Hanura, Wiranto mengatakan siapapun pemimpin bangsa Indonesia kelak harus terbiasa menggunakan hati nurani dalam bersikap dan bertindak karena jabatan bukan untuk mencari keuntungan pribadi atau popularitas semata.

"Pemimpin yang baik adalah sosok yang mampu memberikan apa yang diharapkan oleh rakyat tanpa diminta," katanya. Ia minta kepada para kader Hanura untuk selalu berbagi dan bertindak dengan melandaskan diri pada hati nurani.
Sementara itu di sela-sela deklarasi pembentukan Himpunan Usahawan Hanura di Gorontalo, Ahad (10/8), Wiranto menegaskan partainya belum menentukan calon presiden dan wakil presiden yang akan maju dalam pemilihan presiden mendatang. Partai Hanura saat ini tengah konsentrasi pada pemilu legislatif.
Menurut Wiranto, hampir seluruh simpatisan dan organisasi sayap Hanura menghendaki dirinya turun gelanggang. Wiranto mengaku tak ingin terburu-buru. Menurutnya, capres yang ideal harus didukung partai politik yang kuat di lembaga legislatif. Sampai saat ini, partai bernomor urut satu ini belum meminang siapa pun sebagai capres maupun cawapres.

Rabu, 06 Agustus 2008

Hati dan Pikirannya Hanya Untuk Misi Kerakyatan




Jakarta, Media Centre – Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) didirikan berangkat dari keprihatinan mendalam yang mendera bangsa Indonesia. Setelah merdeka dan setelah 10 tahun reformasi ternyata belum menghasilkan perubahan seperti yang dijanjikan kepada masyarakat, yaitu keadilan dan kesejahteraan. Angka pengangguran dan angka kemiskinan masih tinggi, yang berarti negara Indonesia belum maju. Tatkala negara lain telah siap dalam memasuki persaingan global pada saat yang sama negara Indonesia justeru menghadapi banyak problem. Problema dalam pengelolaan negara Indonesia terletak pada dunia politik. Hal tersebut disampaikan Wiranto dihadapan koran Kompas dan Media Centre Hanura di kantor pribadi, jalan Kota Bumi Jakarta Pusat, Sabtu (2/8).

Menurut Wiranto, bangsa Indonesia masuk dalam sistem negara demokratis, di mana dalam sistem tersebut negara dipimpin oleh rakyat, yang memilih wakilnya untuk duduk di lembaga eksekutif dan legislatif. “Para elite yang dipilih rakyat seharusnya kembali memimpin rakyat dan berjuang untuk mensejahterakan rakyat. Namun, ternyata banyak elite yang justeru menjadikan jabatan dan kedudukan sebagai sasaran terakhir dan sebagai kebanggaan sehingga mereka mempertahankannya secara mati-matian,” kata Wiranto.Wiranto menambahkan bahwa jabatan dan kedudukan sebenarnya hanyalah alat untuk mencapai tujuan terakhir, yaitu untuk mensejahterakan rakyat. Diingatkan oleh Wiranto bahwa di politik ada semacam adegium yang mengatakan politik itu menghalalkan semua cara, tidak ada kawan abadi, yang ada kepentingan abadi dan sebagainya. “Hal itu membuat para politikus terbiasa dengan hal demikian sehingga sekarang kita lihat banyak pejabat dan wakil rakyat yang terkena kasus korupsi. Kenyataan demikian membuat partai politik semakin dijauhi oleh rakyat,” kata Wiranto. Indikasi rakyat menjauhi partai politik adalah berkembangnya golongan putih (golput) atau mereka yang tidak mempedulikan lagi partai politik. “Kalau di sana ada problem maka di sana harus kita perbaiki. Berangkat dari kenyataan tersebut saya dan kawan-kawan membangun partai politik yang mengedepankan hati nurani, kita bangun Partai Hanura,” kata Wiranto. Menurut Wiranto, semua kader Hanura dibiasakan untuk selalu berfikir dan bertindak untuk selalu membela kepentingan rakyat. Partai Hanura dibangun dengan misi kesejahteraan dan kemandirian. “Negara Indonesia harus memiliki kemandirian, jangan sampai kita selalu dibodohi, dibohongi dan dihisap terus-menerus kekayaan kita oleh negara lain,” kata Wiranto. Sementara itu, untuk kesejahteraan rakyat sudah merupakan cita-cita kebangsaan yang harus diwujudkan, yaitu wajib hukumnya untuk melindungi negara dan bangsa Indonesia. Wiranto mengingatkan bahwa pada saat memasuki era persaingan global yang sarat dengan persaingan teknologi tinggi, bangsa Indonesia masih kalah dan masih menempatkan diri sebagai pengguna hasil teknologi bangsa lain. Karena itu, Wiranto mengajak semua pihak untuk bersama-sama berjuang untuk memajukan kesejahteraan umum dan memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Wiranto juga mengajak untuk menjadikan musuh bersama terhadap kemelaratan, kebodohan dan kesewenang-wenangan.Hal tersebut semuanya diimplemantasikan ke dalam moto Partai Hanura, yaitu: “Saatnya Hati Nurani Bicara” dan “Saatnya Berbakti dengan Berbagi dan Beraksi”. Menurut Wiranto, para kader Hanura terus didorong agar dapat melaksanakan moto Partai Hanura tersebut sehingga sebelum mereka ditunjuk menjadi wakil rakyat di DPR atau DPRD sudah terbiasa berbagi dan beraksi serta membela kepentingan rakyat. Kader Hanura harus menjadi pemimpin yang hati dan pikirannya hanya untuk misi kerakyatan.* (AJ, AS)

Hanura, Parpol Baru Paling Dikenal


Jakarta, Media Centre – Judul berita nasional di kompas.com pada Kamis (31/7) pukul 13.05 WIB sangat menggembirakan, yaitu: “Hanura, Parpol Baru Paling Dikenal”. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa keroyalan sebuah partai baru, yang selama ini paling gencar beriklan di media ternyata belum cukup dikenal sebagai salah satu partai politik peserta Pemilu 2009. Disebutkan bahwa Partai Gerindra yang lekat dengan figur Prabowo Subianto hanya dikenal 1,14 persen responden dalam survey Politik Nasional II yang diadakan Indonesia Research and Development Institute (IRDI).
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) menjadi partai terpopuler dengan persentase 11,45 persen. Menurut Project Manager IRDI Hasan Nasbi, Hanura mengalami kenaikan angka persentase jika dibandingkan pada survey Politik Nasional I, Maret lalu. Pada saat itu, Hanura dikenal oleh 7,09 persen responden, sementara Gerindra 0,08 persen. Partai baru lainnya seperti Partai Kebangkitan Nahdatul Ulama (PKNU) dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), angkanya tak mencapai 1 persen. Menurut Direktur IRDI Notrida Mandica, kehadiran puluhan partai baru tidak akan mampu menyaingi perolehan suara partai-partai besar. Namun, bagi Golkar, kehadiran Hanura dan Gerindra menjadi ancaman tersendiri. “Dua mantan tokoh Golkar, Wiranto dan Prabowo yang menjadi ikon kedua partai tersebut akan merebut kantong suara Golkar di beberapa tempat,” kata Notrida Mandica.* (AJ)